Pemkot Jambi Siagakan Satgas Gabungan TNI-Polri dari Aksi Kriminal

Jambi, J24-Siang yang seharusnya tenang di Kota Jambi berubah mencekam saat sekelompok remaja bermotor melintas berombongan, menebar kesan “kebebasan” yang sebenarnya membawa intimidasi. Aksi mereka terjadi bukan di sudut gelap malam, melainkan di jalan raya terpadat saat banyak warga sibuk beraktivitas.

Tawuran siang bolong, knalpot meraung, motor membelah kepadatan lalu lintas di jalan baru baru-baru ini, semua itu menjadi gambaran nyata pelecehan ruang publik oleh geng motor.

Ketika Siang Pun Tak Lagi Aman

Beberapa kejadian belakangan menunjukkan betapa beraninya geng motor beraksi di bawah terik matahari:

Pada Jumat (10/10/2025), sekelompok remaja geng motor terlibat tawuran di Jalan Lingkar Timur II, Payo Selincah, yang mengguncang kenyamanan pengguna jalan biasa. Mereka tak peduli kerumunan, tak takut pada saksi mata aktif. 

Seusai penangkapan 9 pelaku di lokasi itu, mereka – masih remaja – menangis dan mencium kaki orang tua di Polsek Jambi Timur, menyampaikan permintaan maaf atas kegaduhan yang mereka sebabkan. 

Lebih mengejutkan, ketika diinterogasi, sebagian di antara mereka menyebut bahwa mereka “terintimidasi” oleh teman-temannya agar ikut bergabung dalam aktivitas geng motor. Rasa takut ditinggalkan, tekanan kelompok, dan keinginan “dianggap kuat” menjadi motif terselubung dari aksi mereka. 

Intimidasi & Solidaritas: Perangkap Geng

Kebanyakan anggota geng motor masih muda, pelajar SMP dan SMA. Dalam dunia mereka, solidaritas (atau minimal citra solidaritas) jadi senjata efektif: kalau menolak ikut, mereka takut dikucilkan atau dianggap pengecut. Itu yang sebagian pelaku ungkap saat proses klarifikasi dengan polisi.

Orang-orang muda ini, yang harusnya mengukir masa depan, malah terjebak kebutuhan identitas dituntut tampil “berani”, ikut aksi berkelompok  meskipun itu berarti melanggar ketertiban.

Reaksi Pemerintah & Penegak Hukum

Tak tinggal diam, Pemerintah Kota Jambi bersama TNI-Polri menyusun strategi ofensif tidak lagi tunggu malam tiba. Konsep Satgas gabungan diluncurkan dengan elemen lintas sektor: Pemkot, Kepolisian, Satpol PP, DPMPPA, hingga Dinas Kebakaran. Apel pelepasan personil dilakukan tanggal 16 Oktober 2025, untuk secara nyata menunjukkan kesiapan lapangan.

Kapolresta Jambi Kombes Pol Boy Sutan Binanga Siregar menyatakan bahwa tindakan tegas akan diambil terhadap kelompok yang mengganggu ketertiban publik, termasuk aksi konvoi bermotor yang membahayakan. 

Lugas Dalam Informasi

Dalam konferensi pers, pemerintah mengumumkan kebijakan strategis seperti: Pelarangan konvoi motor berkelompok (lebih dari dua orang) yang membahayakan. Pembatasan jam berkeliaran untuk anak di bawah 18 tahun (pukul 22.00–04.30 WIB) tanpa pendamping orang tua.

Aktivasi kembali sistem keamanan lingkungan (Siskamling) dan penguatan peran RT/RW dalam pemantauan lokal. Kampanye edukatif di sekolah dan kerjasama orang tua untuk pengawasan anak. Saluran pengaduan 24 jam melalui Call Center 112 untuk respons cepat masyarakat.

Tantangan di Lapangan & Titik Lembek Strategi

Strategi ini memang menjanjikan, tetapi tantangan praktisnya tak sedikit. Durasi perhatian publik: Tindak tegas hanya efektif jika berkelanjutan. Jika patroli dilepas, geng motor kembali bertaji.

Akar sosial dan psikologi: Tekanan kelompok, keresahan identitas, dan kurangnya penghargaan diri jadi akar yang harus diputus dengan pembinaan, bukan hanya razia.

Pencitraan dan edukasi: Jika masyarakat melihat Satgas atau petugas sebagai “penindas” alih-alih pelindung, dukungan publik melemah. Keterlibatan keluarga dan sekolah, kunci pencegahan terletak di pengawasan orang tua dan keterlibatan guru, bukan hanya di kepemilikan alat-alat penegak hukum.

Catatan Kecil dari 15 Komplotan Geng Motor

Dari catatan Jambipos Online, pada 11 September 2022, Satreskrim Polresta Jambi menangkap 15 orang komplotan geng motor, sebagian besar di bawah umur yang beraksi malam hari. Barang bukti termasuk senjata tajam seperti samurai hingga celurit.

Kasus lama itu harus jadi pelajaran, geng motor di Jambi bukan fenomena baru. Sekarang, mereka tak sekadar “meresahkan malam hari”, tetapi punya keberanian muncul di siang bolong.

Fenomena geng motor yang berani beraksi di siang hari adalah alarm bagi semua elemen masyarakat. Kota Jambi bukan panggung kebebasan liar. Keberanian pemerintah membentuk Satgas bersinergi dari Wali Kota hingga RT/RW menandai perubahan paradigma, tidak hanya menunggu malam, tetapi menghadapi kerawanan di segala waktu.

Namun agar strategi ini benar-benar efektif, pengguna jalan, orang tua, guru, dan kamu, warga Jambi semua punya peran. Dengan pengawasan dan kepedulian bersama, siang di kota kita bisa kembali damai. (J24-AsenkLeeSaragih)