Aksi tersebut sekaligus menandai Pendopo RT 03 sebagai pusat koordinasi aksi dan diskusi penolakan terhadap proyek yang dianggap mengancam keselamatan dan kenyamanan warga.
“Ini spontanitas warga. Kami tidak bisa diam melihat ancaman di depan mata. Pendopo RT kami jadikan posko diskusi dan perlawanan, bukan hanya untuk warga Aur Kenali, tapi juga terbuka untuk saudara-saudara kami di Mendalo Darat,” ujar Mahfuddin, Ketua RT 03.
Warga menilai proyek stockpile dan jalur khusus batubara PT SAS tidak layak dibangun di tengah permukiman padat. Mereka khawatir terhadap berbagai dampak buruk, mulai dari pencemaran udara, peningkatan kebisingan, gangguan kesehatan, hingga menurunnya kualitas hidup akibat lalu lintas truk batubara yang melintasi kawasan mereka.
"Harapan kami sederhana batalkan proyek ini atau pindahkan ke lokasi yang benar-benar sesuai tata ruang dan tidak merugikan rakyat,” tegas Mahfuddin.
Aspirasi warga ini bukan yang pertama. Sebelumnya, aksi penolakan juga telah dilakukan melalui pemasangan spanduk, penyampaian pernyataan sikap, hingga pelibatan aktivis lingkungan. Kini, melalui pendirian posko perlawanan, warga berharap perjuangan mereka mendapatkan perhatian lebih serius dari Pemerintah Kota dan Provinsi.
Mereka mendesak Pemerintah Kota Jambi, DPRD dan Gubernur Jambi untuk tidak abai terhadap suara rakyat yang menolak hadirnya industri ekstraktif di lingkungan hunian. "Ini bukan semata soal investasi. Ini soal nyawa, kesehatan dan masa depan anak cucu kami,” ujar seorang warga yang ikut mendirikan posko.
Posko Perlawanan Rakyat Pendopo Warga Aur Kenali dan Mendalo ini rencananya akan menjadi tempat penyampaian informasi, advokasi hukum, hingga wadah konsolidasi masyarakat sipil dalam menolak kehadiran stockpile PT Sinar Anugerah Sukses (PT SAS). (J24/Red).
0 Komentar