Apresiasi tersebut disampaikan Wakil Wali Kota Jambi Diza Hazra Aljosha saat meresmikan secara langsung Kampung Edukasi Nan Bahagia, Jumat siang (11/7/2025).
“Ini merupakan inovasi yang sangat positif dan patut diapresiasi. Kampung Edukasi Nan Bahagia ini menjadi salah satu bentuk nyata implementasi dari Program Prioritas Pemerintah Kota Jambi, yakni Kampung Bahagia, yang mendorong kemandirian, kolaborasi, serta peningkatan kualitas hidup masyarakat,” ujar Diza.
Wawako menambahkan, inovasi berbasis komunitas seperti ini dapat menjadi contoh (best practice) yang layak untuk direplikasi di wilayah-wilayah lain di Kota Jambi.
Pada kesempatan tersebut, Wakil Wali Kota Jambi, Diza Hazra Aljosha, juga menekankan pentingnya pengelolaan sampah organik melalui pendekatan ekonomi sirkular, yang sejalan dengan sejumlah kegiatan produktif masyarakat di Kelurahan Bakung Jaya, salah satunya adalah budidaya maggot.
“Budidaya maggot ini merupakan solusi ramah lingkungan yang bernilai ekonomi. Maggot adalah larva yang mampu mengurai sampah organik seperti sisa makanan, sayuran dan buah busuk, kotoran ternak, hingga limbah pasar. Selain efektif mengurangi volume sampah secara cepat dan efisien, maggot juga menghasilkan pakan ternak berkualitas tinggi dengan kadar protein yang sangat baik, terutama untuk ikan, ayam dan unggas lainnya,” jelasnya.
Wawako menambahkan, konsep ini merupakan bentuk nyata dari prinsip ekonomi sirkular, yaitu memanfaatkan limbah sebagai sumber daya dalam proses produksi dan konsumsi yang berkelanjutan.
“Karena kegiatan yang baik tidak lahir begitu saja, tapi muncul dari kolaborasi yang baik antara masyarakat, pemerintah, dan berbagai pihak yang peduli terhadap lingkungan dan pembangunan berkelanjutan,” sambungnya.
Merujuk pada Rencana Induk Pengelolaan Sampah Kota Jambi Tahun 2025-2045, Wakil Wali Kota Jambi, Diza Hazra Aljosha, mengungkap bahwa sampah rumah tangga masih menjadi penyumbang terbesar, yakni mencapai 57,7 persen dari total sampah kota. Dari angka tersebut, sampah makanan mendominasi sebesar 58,33 persen, yang umumnya langsung berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
“Proses pembusukan di TPA bukan hanya menyia-nyiakan potensi nilai ekonomi dari sampah organik, tapi juga memicu produksi gas metana, yang merupakan salah satu gas rumah kaca penyumbang pemanasan global,” ujar Diza.
Oleh karena itu, menurutnya, upaya inovatif yang telah dilakukan warga RT 21 Kelurahan Bakung Jaya patut diapresiasi dan dijadikan percontohan. Melalui budidaya maggot, mereka berhasil mengelola sampah organik menjadi produk bernilai ekonomi tinggi.
“Dengan prinsip ekonomi sirkular yang diterapkan, mengubah sampah menjadi sumber daya, RT 21 telah berkontribusi nyata terhadap upaya Kota Jambi menuju zero waste. Maggot mampu menyulap sampah menjadi pakan ternak berkualitas tinggi dan residunya, yaitu kasgot, dapat dimanfaatkan sebagai pupuk kompos untuk pertanian maupun tanaman hias,” jelasnya.
Wakil Wali Kota Jambi juga mendorong agar inovasi serupa dapat direplikasi di wilayah lain di Kota Jambi sebagai bagian dari gerakan kolektif pengelolaan sampah berbasis masyarakat yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. (J24/Red).
0 Komentar