Dr. Jonner Simarmata, MM Dosen Universitas Batanghari - Jambi.

Jambi, J24 -
Batik bukan sekadar warisan budaya, tetapi juga pintu masuk bagi peningkatan ekonomi masyarakat daerah. Pertanyaannya, mampukah batik daerah keluar dari bayang-bayang dominasi batik Jawa?.

Batik kerap dipandang sebagai simbol budaya Indonesia. Namun, di balik selembar kain batik tersimpan potensi besar sebagai sumber penghidupan dan kesejahteraan masyarakat. Dari pengrajin, desainer, hingga pelaku usaha kecil, industri batik membentuk ekosistem ekonomi yang luas. Sayangnya, potensi ini belum sepenuhnya tergarap di banyak daerah.

Sejak diakui UNESCO pada 2 Oktober 2009 sebagai Warisan Budaya Takbenda Dunia, batik semakin lekat dengan identitas bangsa. Tidak heran bila setiap 2 Oktober kini diperingati sebagai Hari Batik Nasional. 

Tetapi pengakuan Internasional itu seharusnya tidak hanya dirayakan secara simbolis, melainkan juga dijadikan momentum untuk mendorong batik sebagai sektor ekonomi kreatif yang bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah.

Batik Jambi.

Potret Industri Batik Saat Ini

Industri batik Nasional berperan penting dalam perekonomian. Data Kementerian Perindustrian (2024) mencatat, ada sekitar 200 ribu pekerja yang terserap di sektor ini, tersebar pada 5.946 Industri Kecil dan Menengah (IKM) batik di 201 sentra di 11 Provinsi. 

Nilai ekspor batik juga tidak kecil: pada 2020 mencapai sekitar US$ 532,7 juta atau sekitar Rp 7,6 triliun. Angka ini membuktikan bahwa batik bukan hanya kerajinan tradisional, tetapi sudah menjadi bagian dari industri kreatif yang mampu bergerak di pasar global.

Meski demikian, kenyataannya di banyak daerah skala usaha masih kecil, akses pasar terbatas, dan pengembangan desain belum sepenuhnya berakar pada budaya lokal, meskipun motif khas daerah sudah ada.

Kendala yang  menghambat

Beberapa kendala utama membuat batik daerah sulit berkembang antara lain:

Pertama, keterbatasan inovasi desain. Batik Jambi, misalnya, memiliki motif khas lokal, namun pengembangan desain sering kali masih bergantung pada desainer dari Jawa. Situasi ini membuat desain kurang menyerap kekayaan budaya setempat secara penuh dan berpotensi melemahkan identitas daerah.

Batik Jambi.

Kedua, orientasi pasar pengrajin masih terbatas. Sebagian besar hanya menyasar konsumen lokal tanpa strategi pemasaran ke skala nasional, apalagi internasional.

Selain itu, mayoritas pengrajin memiliki latar belakang pendidikan menengah ke bawah, sehingga kemampuan manajerial, keterampilan desain, dan penguasaan digital marketing relatif lemah. 

Peran pemerintah pun dinilai belum maksimal, baik dalam promosi, pelatihan, maupun fasilitasi akses pasar. 

Peluang yang Bisa Digarap

Di tengah tantangan, peluang pengembangan batik daerah tetap terbuka lebar. Tren global yang semakin menghargai produk berbasis budaya dan ramah lingkungan dapat menjadi pintu masuk bagi batik Indonesia termasuk batik daerah untuk menembus pasar internasional.

Sektor pariwisata juga dapat menjadi katalis. Wisatawan domestik maupun mancanegara berpotensi menjadi pembeli sekaligus promotor batik khas daerah. Selain itu, diversifikasi produk sangat penting: batik tidak hanya hadir dalam bentuk kain, tetapi juga bisa dikembangkan menjadi pakaian modern, aksesori, hingga dekorasi rumah. Upaya ini akan memberi nilai tambah yang lebih besar bagi masyarakat pengrajin.

Batik Jambi.

Strategi Pengembangan Batik

Agar batik daerah dapat menjadi motor penggerak ekonomi sekaligus menjaga identitas budaya, diperlukan strategi pengembangan yang menyeluruh. 

Beberapa langkah strategis antara lain:

1. Penguatan kapasitas SDM pengrajin melalui pelatihan desain, manajemen usaha, dan pemanfaatan teknologi digital.

2. Inovasi desain dengan melibatkan desainer muda lokal agar batik lebih variatif dan berakar pada budaya daerah. 

3. Perluasan pasar melalui branding yang menekankan keunikan motif serta promosi berbasis digital marketing.

4. Peningkatan peran pemerintah, terutama dalam hal promosi, akses permodalan, dan regulasi yang mendukung tumbuhnya industri kreatif. 

5. Diversifikasi produk, tidak hanya berfokus pada kain tradisional, tetapi juga mengembangkan produk turunan untuk memperluas segmen pasar.

Penutup

Dengan menyerap ratusan ribu tenaga kerja dan menghasilkan nilai ekspor miliaran dolar, industri batik jelas merupakan sektor strategis bagi perekonomian Indonesia. 

Batik Jambi dan batik daerah lain memiliki keunikan motif, warna, dan teknik yang menjadi kekuatan besar bila dikelola secara tepat.

Sinergi antara pengrajin, desainer, pelaku usaha, pemerintah, dan masyarakat menjadi kunci. Jika itu terwujud, batik tidak hanya akan dikenakan dengan bangga sebagai simbol budaya, tetapi juga menjadi sumber kesejahteraan nyata bagi masyarakat di daerah. (Dr Jonner Simarmata, MM Dosen Universitas Bantanghari - Jambi).